Kamis, 06 November 2008

OBAMA DI MATA KARTUNIS

Voila! Barack Obama akhirnya jadi presiden AS ke-44. Langkah senator Illinois ini tak terbendung oleh kaum republikan yang bertubi-tubi menembekkan amunisi kampanye hitam.
Tapi, bukan itu yang akan dibahas dalam blog ini. Saya lebih tertarik menyoroti kiprah para kartunis saat menggambarkan profil presiden AS pertama berkulit hitam yang masih keturunan Kenya ini. Simak saja "ulah" para kartunis saat memerkan wajah Obama...

Sabtu, 02 Agustus 2008

MERCHANDISE KARTUN YANG UNIK


Seringkali kita bingung nyari merchandise untuk beberapa event tertentu. Misalnya saat ultah, pernikahan, soft launching usaha, dan masih banyak event lainnya.
Sekarang ga perlu bingung lagi, karena kartunbandung menyediakan alternatif merchandise unik yang semuanya berbau kartun, lebih tepatnya lagi karikatur, mulai dari karikatur diri yang dapat diaplikasikan pada: mug, pin, t-shirt, dan banyak lagi...
Caranya mudah, kirimkan foto diri anda (seluruh tubuh, dengan pose santai, bisa lebih dari satu pose) berukuran 4R (atau file digital dengan resolusi minimal 100 DPI).
Karikatur asli seukuran A4 bisa anda peroleh hanya Rp.150 ribu. Uniknya, dapat diterapkan pada mug,pin, dan T-shirt. Pokoknya akan menjadi merchandise unik tak terlupakan.
Pesanan dapat dilakukan melalui e-mail:kartunbandung@yahoo.com

Jumat, 01 Agustus 2008

POLITISI DI MATA KARTUNIS


Di tengah maraknya pilpres di AS, pilkada di beberapa provinsi, dan pilpres tahun depan, para kartunis (khususnya karikaturis) punya cara pandang sendiri dalam menggabarkan para politisi. Kemahiran mereka ”memiuhkan” (exagerated) sosok para politisi, membuahkan hasil yang kerap kali di luar dugaan. Namun, tidak sedikit politisi yang berang ketika sosok mereka dikarikaturkan. Tapi, tidak sedikit yang suka atau tidak peduli wajah mereka ”dipermak” kartunis.
Para politisi di ”lingkungan: aslinya yang kerap digambarkan sangar, berkuasa, dan juga licin menjadi sosok unik di tangan kartunis. Mau bukti? Lihat aja deretan para politisi karya sejumlah kartunis.
Masih kenal siapa saja mereka???

Minggu, 18 Mei 2008

KARIKATUR: LUCU RUPA CERMIN DIBELAH


Sudah menjadi rahasia umum, banyak pejabat dan para pesohor yang kegerahan dan meradang saat diangkat menjadi objek karikatur. Karikatur pada dasarnya bukan semata-mata “pemiuhan” (deformasi) atas bentuk fisik tokoh yang bersangkutan, seperti ukuran kepala yang tidak proporsional misalnya, lebih jauh dari itu pesan kritis atau kritik sosial yang menyertainya.
Boleh dibilang, karikatur enak dan lucu dikonsumsi oleh khalayak, tetapi menjengkelkan bagi subjek penderitanya. Di era Orde Baru, media cetak harus ekstra hati-hati saat mengangkat karikatur tokoh dan peristiwa. Terlebih saat itu lembaga telepon menjadi sarana ampuh membungkam pers kritis. Banyak karikaturis ternama saat itu mengakui banyaknya ranjau kebebasan saat menggoreskan pena karikaturalnya.
Karikatur menjadi serius, begitu ujar karikaturis GM Sudharta, bukan saja lucu tetapi juga harus berisikan kritik bernas yang “menghibur”. Paling tidak pada saat itu setiap kritik sosial yang diangkat ke dalam karikatur sangat kental dengan formatnya yang eufimisme. Istilah GM Sudharta yang kondang lewat tokoh Oom Pasikom di HU Kompas, karikatur harus dikemas dengan humor atau guyonan tepo seliro. Itu cerita masa lalu, bagaimana kondisi karikatur sekarang?

KARIKATUR DI ERA KEBEBASAN
Kini, setelah melalui Era Orde Lama dan Baru yang sama-sama memasung kebebasan berekspresi, karikatur memasuki fase dimana kritik tidak perlu dikemas secara tepo seliro. Media-media cetak lama dan baru berlomba-lomba melontarkan kritik melalui karikatur nyaris tanpa dihantui momok sensor. Yang terjadi kemudian eksploitasi karikatur sebagai wahana kritik sosial dan personal nyaris tanpa etika. Berbagai surat kabar dan majalah sekarang menampilkan karikatur yang tidak sekedar kritis tetapi juga sarkastis, menyerang kehormatan dan terkadang melecehkan asas praduga tak bersalah. Tidak sedikit karikatur sekarang bukan saja tidak lucu, tetapi juga ompong daya kritisnya.
(bersambung)